Powered By Blogger

Sabtu, 26 Februari 2011

KALIMAT DAN PARAGRAF

I. KALIMAT
Dalam ragam resmi baik lisan maupun tulis,daratan kata yang memenuhi kriteria sebuah kalimat minimal harus memiliki unsur subjek dan predikat (S-P). jika kurang dari itu, deretan kata tersebut bukanlah kalimat,namun hanya frasa atau klausa.
I.1. Kalimat Tidak Baku dan Kalimat Baku
1. Kalimat Tidak Baku

1) Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
2) Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
3) Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4) Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
5) Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
6) Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.

2. Kalimat Baku

1) Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
2) Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3) Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4) Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5) Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
6) Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
I.2. Kalimat Tidak Teratur dan Kalimat Teratur
Kalimat Tidak Teratur (a)
Kalimat Teratur (b)
1.
a. Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai fihak, sehingga pada masa datang tidak seorangpun menuntut ganti rugi.
b. Peristiwa itu perlu mendapat perhatian berbagai pihak, agar pada masa yang akan datang tidak ada seorang pun yang menuntut ganti rugi.
2
.a. Ini hari, kita tidak bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang itu.
b. Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal mutu barang itu.
3
a. Tujuan penyusunan Buku Pelajaran itu adalah membantu masyarkat, khususnya yang berada di pedesaan. Sehingga karenanya mendapat kesempatan belajar membaca menulis.
b.Penyusunan buku pelajaran ini bertujuan membantu masyarakat, khususnya yang berada di pedesaan agar mendapat kesempatan belajar membaca dan menulis.
4.
a. Dalam upacara pembukaan seminar itu, yang pertama kali diadakan di kota Semarang dihadiri para pejabat-pejabat negara dan tokoh-tokoh masyarakat.
b. Upacara pembukaan seminar itu, yang pertama kali diadakan di kota Semarang, dihadiri para pejabat negara dan tokoh masyarakat.
5.
a. Pertanyaan saya yang ketiga kalinya, disebabkan karena kebimbangan saya terhadap pemakaian kata nalar.
b. Pertanyaan saya yang ketiga berkaitan dengan kebimbangan saya terhadap pemakaian kata nalar.
6.
a. Indikator pemahaman materi keterampilan yaitu mampu melakukan tugas dan latihan yang diberikan oleh penyaji.
b. Indikator pemahaman materi keterampilan adalah kemampuan melakukan tugas dan pelatihan yang diberikan oleh penyaji.
I.3 Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Berikut ini contoh kalimat yang kurang efektif. Kalimat (1) diambil dari sebuah tiket bus dan kalimat (2) diambil dari sebuah majalah. (1) Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen supaya melaporkan kepada kami. Kalimat ini kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah yang diminta "supaya melaporkan kepada kami"? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi : (1a)Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen, Anda diharap melaporkan kepada kami. Jika subjek induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, ubahannya menjadi (1b) Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen, harap dilaporkan kepada kami. (2) Mereka mengambil botol bir dari dapur yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun. Apakah yang berisi cairan racun itu ? Jika jawabnya "dapur", kalimat ini sudah baik. Jika jawabnya "botol bir", letak keterangannya perlu diubah menjadi : (2a) Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun.
I.4. Kalimat Bermakna Ganda
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif. Berikut ini contohnya : mahasiswa (1) Tahun ini SPP a baru dinaikkan. Kata baru diatas menerangkan kata mahasiswa atau kata dinaikkan? Jika menerangkan mahasiswa, tanda hubung dapat digunakan untuk menghindari salah tafsir. (1a) Tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikkan. Jika kata baru menerangkan dinaikkan, kalimat itu dapat diubah menjadi: (1b) SPP mahasiswa tahun ini baru dinaikkan. (2) Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera dijual. Frasa yang aneh diatas menerangkan kata rumah atau frasa sang jutawan? Jika yang aneh menerangkan rumah, kalimat itu dapat diubah menjadi : (2a) Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera dijual. Jika yang aneh itu menerangkan sang jutawan kata yang dapat dihilangkan sehingga makna kalimat di atas menjadi lebih jelas. (2b) Rumah sang jutawan aneh itu akan segera dijual.
I.5. Membuat Kalimat Secara Cermat
Pemilihan kata, pembentukan kata, atau pembuatan kalimat yang tidak cermat mengakibatkan nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu. Hal itu seharusnya dihindari oleh penyusun kalimat yang ingin menyampaikan informasi secara tepat. Berikut ini contoh kalimat yang dikutip dari surat kabar. (1) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh. Kalimat (1) di atas terdiri atas tiga bagian, yaitu (i) tugas kemusiaan dalam suatu jabatan, (ii) jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia, dan (iii) memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh. Ketiga bagian itu tidak jelas hubungannya. Berikut ini ubahan yang menampakkan hubungan antar bagian secara lebih jelas. (1a) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan yang memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh ialah pengelolaan sejumlah manusia. (1b) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh (1c) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal itu memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh. (1d) Tugas mengelola sejumlah manusia, yang merupakan tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh Patut dipertimbangkan pula pemakain ungkapan dedikasi yang tangguh. Ungkapan yang lazim adalah dedikasi yang tinggi. (2) Dikatakan, bahwa sumpah itu sebenarnya adalah perisai yang harus ditempatkan di bagian depan diri kita, agar tidak terjerumus kepada sesuatu yang kita tidak boleh perbuat dan sumpah merupakan pedoman di dalam melaksanakan tugas. Salah satu kemungkinan perbaikan kalimat (2) di atas, agar gagasan-nya lebih mudah dicerna, adalah sebagai berikut. (2a) Dikatakannya bahwa sumpah itu sebenarnya adalah pelita yang harus ditempatkan di bagian depan diri kita agar kita tidak terjerumus kedalam perbuatan yang tidak boleh kita lakukan. Sumpah juga merupakan pedoman bagi kita di dalam melaksanakan tugas. Pengubahan kalimat (2) menjadi (2a) menyangkut hal-hal berikut.
1. Bagian kalimat sesudah kata dan dijadikan kalimat baru agar kalimatnya tidak terlalu panjang.
2. Tanda koma (,) di depan kata penghubung (bahwa dan agar) tidak diperlukan.
3. Kata perisai bermakna 'alat untuk melindungi atau menangkis serangan', sedangkan pelita bermakna 'alat penerangan'. Jadi, pelita lebih cocok dipakai disini sebagai alat bantu untuk melihat jalan agar tidak terjerumus.
4. Bentuk-nya pada dikatakannya perlu dicantumkan agar jelas mengacu kepada pelakunya. Kata perbuatan lebih terbayangkan acuannya daripada sesuatu. Agar tidak mengulang bentuk yang sama, kata perbuat diganti dengan lakukan.
5. Susunan kelompok kata yang kita tidak boleh lakukan (setelah kata perbuat diganti dengan lakukan) perlu dipercermat menjadi yang tidak boleh kita lakukan. Hubungan antar kata kita dan lakukan sangat erat, maka unsur lain harus diletakkan di depan atau di belakangnya.
Contoh lain: akan kita jalankan bukan kita akan jalankan; Sekarang kita jalankan atau kita jalankan sekarag bukan kita sekarang jalankan. Dalam contoh itu kata kita dan jalankan tidak dapat disisipi oleh kata lain.
1.6. Kesejajaran Satuan dalam Kalimat
Yang dimaksud satuan di sini adalah satuan bahasa. Unsur pembentuk kalimat sepert subjek, predikat, objek dan sebagainya, dapat disebut satuan. Mungkin terjadi bahwa subjek, predikat dan objek itu terdiri atas beberapa unsur. Tiap-tiap unsur itu dapat juga disebut satuan. Berikut ini contohnya. (1) Saya akan mengambil roti, mentega dan kacang. Kalimat (1) terdiri atas tiga satuan fungsional, yaitu subjek, predikat dan objek. Subjek saya terdiri atas satu satuan; predikat akan mengambil terdiri atas dua satuan; dan objek roti, mentega dan kacang terdiri atas tiga satuan. Jik kita berbicara tentang kesejajaran satuan dalam kalimat, yang dibahas ialah keadaan sejajar atau tidaknya satuan-satuan yang membentuk kalimat, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Tentu saja pengertian kesejajaran mengandaikan bahwa unsur pembentuk kalimat itu lebih dari satu. Sesungguhnya kaitan bentuk dan makan sangatlah erat dan tak terpisahkan, tetapi demi kemudahan pembicaraan, tulisan ini akan terbagi menurut aspek yang menonjol. Contoh kalimat yang bagian-bagiannya memperlihatkan kesejajaran dapat diberikan berikut ini. (2) Marto kini memerlukan perhatian dan pertolongan. (3) Polisi tengah menangani kasus pencurian dan pembunuhan itu.
1. Kesejajaran Bentuk
Imbuhan yang digunakan untuk membentuk kata yang berperan dalam menentukan kesejajaran. Berikut ini contoh yang memperlihatkan ketidak-sejajaran bentuk.
1. Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman buku.
Ketidaksejajaran itu ada pada kata pembelian (buku) yang disejajarkan dengan kata membuat (katalog) dan mengatur (peminjaman buku). Agar sejajar, ketiga satuan itu dapat dijadikan nomina semua, ubahannya seperti terlihat pada kalimat (4a). Jika dijadikan verba semua, ubahannya seperti terlihat pada kalimat (4b). (4a) Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan pengaturan peminjaman buku. (4b) Kegiatannya ialah membeli buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman buku. Berikut ini disajikan contoh lain yang memperlihatkan ketidaksejajaran bentuk.
1. Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta memahami tugas yang diembannya, Dokter Joko telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
Tampak bahwa bentuk penghayatan dan memahami tidak sejajar. Ubahan yang memperlihatkan kesejajaran dapat diberikan di bawah ini. (5a) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta pemahaman akan tugas yang diembannya, Dokter Joko telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik. (5b) Dengan menghayati profesinya secara sungguh-sungguh serta memahami tugas yang diembannya, Dokter Joko telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik. Pada kemasan obat sering ditemukan penjelasan berikut.
1. (Obat ini) dapat dibeli di toko obat, kelontong, jamu dan apotek.
Jika diuraikan, keterangan tempat itu akan berbunyi di toko obat, toko kelontong, toko jamu, dan toko apotek. Segera dapat diketahui bahwa ada ketidaksejajaran satuan karena kita tidak mengenal istilah toko apotek. Karena itu, sebaiknya penjelasan itu ditulis lengkap sebagai berikut. (6a) (Obat ini) dapat dibeli di toko obat, toko kelontong, toko jamu dan apotek.
1. Kesejajaran Makna
Seperti telah dinyatakan diatas, bentuk dan makna berkaitan erat. Dapat diumpamakan keduanya merupakan dua sisi dari keping uang yang sama. Berikut ini diutarakan makna yang terkandung dalam satuan fungsional. Satuan fungsional adalah unsur kalimat yang berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek dan sebagainya. Status fungsi itu ditentukan oleh relasi makna antarsatuan. Kalimat (7) berikut ini terasa janggal karena tidak ada kesejajaran ubjek dan predikat dari segi makna.
1. Dia berpukul-pukulan.
Kata berpukul-pukulan bermakan 'saling pukul'. Itu berarti pelakunya harus lebih dari satu. Karena kata dia bermakna tunggal, subjek kalimat (7) itu perlu diubah, misalnya menjadi mereka, atau ke dalam kalimat itu ditambahkan keterangan komitatif (penyerat) dengan temannya, misalnya. Kalimat berikut tidak memiliki kesejajaran makna predikat dan objek.
1. Adik memetiki setangkai bunga.
Kata memetiki mempunyai makna 'berulang-ulang' yang tentunya tidak dapat diterapkan pada setangkai bunga. Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat menjadi memetik atau menghilangkan satuan setangakai pada objek. Tentu saja, perbaikan kalimat itu (dan juga kalimat (1) di atas) bergantung pada informasi yang akan disampaikan. Berikut ini contoh kalimat yang lebih kompleks.
1. Selain pelajar SMA, Panitia juga memberikan kesempatan kepada para mahasiswa.
Jika kalimat itu diuraikan, akan diperoleh kalimat seperti pada (9a). (9a) Pelajar SMA memberikan kesempatan kepada mahasiswa, Panitia juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa. Tentu saja itu, bukan itu maksudnya. Maksud kalimat (9) adalah bahwa panitia memberikan kesempatan, baik kepada para pelajar SMA maupun kepada para mahasiswa. Informasi itu dapat diungkapkan dengan kalimat (9b) berikut. (9b) Selain kepada pelajar SMA, Panitia juga memberikan kesempatan kepada para mahasiswa. Pada ubahan itu fungsi satuan pelajar SMA adalah keterangan dan itu sejajar dengan fungsi satuan para mahasiswa. Dari segi makna, kedua satuan itu adalah penerima, bukan pelaku perbuatan. Contoh berikut memperlihatkan kaitan erat antara bentuk dan makna yang terwujudkan dalam penentuan fungsi.
1. Setelah menyiapkan semuanya, acara sederhana itupun segera dimulai.
Samakah subjek anak kalimat (10) yang dilesapkan itu dengan subjek induk kalimatnya? Pelesapan unsur kalimat dimungkinkan jika unsur yang berfungsi sama memiliki bentuk yang sama. Siapakah yang menyiapkan semuanya? Ternyata tidak ada unsur yang ditampakkan yang dapat menjadi jawaban atas pertanyaan itu. Dengan demikian, ada ketidaksejajaran dalam kalimat itu. Ubahannya dapat diberikan di bawah ini. (10a) Setelah menyiapkan semuanya, merek segera memulai acara sederhana itu. (10b) Setelah semuanya disiapkan, acara sederhana itu pun segera dimulai. Dalam kalimat (10a) subjek anak kalimat, adalah mereka. Karena fungsi dan bentuknya sama, unsur ini dapat dimunculkan sekali saja. Kalimat (10b), yang menjadi salah satu pilihan perubahan yang lain juga memperlihatkan kesejajaran antara predikat disiapkan pada anak kalimat dan predikat dimulai pada induk kalimat.
1. Kesejajaran dalam Perincian Pilihan
Soal ujian kadang-kadang dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang baik harus memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga memberi peluang yang sama untuk dipilh. Berikut ini contoh perincian pilihan yang tidak sejajar.
1. Pemasangan telepon akan menyebabkan
1. melancarkan tugas
2. untuk menambah wibawa
3. meningkatnya pengeluaran
Pada contoh di atas, jawaban yang diharapkan adalah a, tetapi kalimat Pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan b meskipun memang bukan jawaban yan tepat, tidak mempunyai peluang untuk dipilih karena kalimat Pemasangan telepon akan menyebabkan untuk menambah wibawa bukanlah kalimat yang baik. Kalimat yang memuat pilihan c justru paling baik, tetapi itu bukan jawaban yang diharapkan. Soal (11) itu dapat diubah sebagai berikut. (11a) Pemasangan telepon akan meningkatkan
1.
1. kelancaran
2. wibawa
3. pengeluaran
contoh berikut ini memperlihatkan perician yang baik dan sejajar walaupun tidak sejenis.
1. Komunikasi adalah hubungan yang dilakukan
1. dengan telepon
2. untuk mendapatkan informasi
3. oleh dua pihak atau lebih
perincian itu dikatakan sejajar karena masing-masing jawaban itu merupakan keterangan, tetapi tidak sejenis karena dari segi makna, isi keterangan itu memang berbeda-beda. Pilihan a adalah keterangan alat, pilihan b badalah keterangan tujuan, pilihan c adalah keterangan pelaku. Yang perlu diperhatiakan dalam contoh di atas ialah penalaran kalimat yang melibatkan pilihan c. Apakah setiap hubunganyang dilakukan oleh dua pihak atau lebih itu selalu dapat disebut komunikasi? Hal itu tidak akan dibahas lebih lanjut karena merupakan masalah logika dan bukan masalah bahasa.
Komposisi
1. Apakah yang disebut komposisi itu ?
Komposisi adalah bentuk pengungkapan gagasan berupa gubahan yang tercermin dalam susunan beberapa kalimat. Sebuah komposisi dapat terbentuk hanya dalam satu untaian kalimat dan dapat pula berupa rangkaian kalimat. Untaian kalimat yang mencerminkan satu gagasan yang padu membangun satu paragraf atau alinea. Skripsi, makalah, berita di koran, pidato, dan surat adalah contoh komposisi. Karya sastra yang berupa sajak, cerpen, dan novel pun merupakan komposisi. Paragraf pada sajak dikenal dengan istilah bait.
1. Ciri utama apakah yang terdapat pada komposisi?
Jawaban berikut akan mengutarakan ciri-ciri umum yang terdapat pada jenis komposisi, seperti pidato, makalah, skripsi, dan surat dinas. Komposisi yang baik selalu bercirikan kepaduan. Kepaduan it uterbentuk oleh adanya kesatuan dan pertautan. Kesatuan itu berkenaan dengan pokok masalah, sedangkan pertautan itu berkenaan dengan hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain yang berupa kalimat, paragraf, pasal, atau bab; bagian yang berupa bab lazim terdapat di dalam sebuah paragraf maupun pada seluruh naskah. Untuk menjamin adanya kesatuan dan pertautan dalam satu komposisi hendaknya termuat hanya satu gagasan pokok yang sesuai dengan jenjangnya dan gagasan pokok itu kemudian dikembangkan. Di dalam naskah yang terdiri atas beberapa paragraf gagasan pokok itu dapat termuat dalam sebuah paragraf yang disebut paragraf pokok dan dikembangkan dengan paragraf pengembang. Di dalam sebuah paragraf, gagasan pokok itu dapat diwujudkan dalam sebuah kalimat yang disebu kalimat pokok. Gagasan itu dikembangkan dengan kalimat-kalimat lain yang disebut kalimat pengembang sehingga membentuk paragraf karena, baik di dalam setiap paragraf maupun di dalam naskah, seutuhnya terdapat proses pengembangan atas satu gagasan pokok sehingga terbentuklah pertautan antara kalimat/paragraf pokok dan kalimat/paragraf pengembang, serta antara kalimat/paragraf pengembang yang satu dan kalimat/paragraf pengembang yang lain. Kepaduan itu dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Bagaimana contoh nyata sebuah paragraf yang padu?
Perhatikan paragraf berikut. (1) Kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat parah. (2) Sumur penduduk sudah tidak banyak mengeluarkan air. (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh makanan yang berupa rerumputan hijau. (4) Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu. (5) Banyak sawah yang tidak tergarap lagi; tanahnya mengeras dan pecah-pecah. Gagasan pokok pada paragraf di atas akibat kekeringan yang parah terutama dalam kalimat (1) . Kalimat (2) dan (3) merupakan pengembangan kalimat (1) sehingga pembaca memperoleh gambaran yang lebih lengkap perihal kekeringan itu. Sebagai kalimat pengembang, masing-masing memberikan keadaan yang disebut dalam kalimat (1). Berikut ini contoh paragraf yang tidak padu. (1) Biji yang patutu dipilih sebagai bibit memiliki bebrapa ciri. (2) Setelah dipilih, bibit disemaikan terlebih dahulu. (3) Biji yang dijadikan bibit harus masih dalam keadaan utuh. (4) Biji yang kulitnya berkerut atau berjamur sebaiknya tidak dipilih. (5) Kulit biji yang sehat biasanya berwarna kuning muda. Pada paragraf di atas, gagasan pokok termuat pada kalimat (1). Kalimat (3) sampai dengan (5) membicarakan ciri biji yang baik untuk dipilih sebagai bibit. Oleh karena itu, kalimat (3) sampai dengan (5) merupakan pengembang kalimat (1). Kalimat (2) memang bertautan dengan kalimat (1) karena juga bertopik tentang bibit, tetapi bukan pengembang kalimat (1) karena tidak berbicara tentang ciri bibit. Dapat dikatakan paragraf di atas tidak padu karena terdapat ketidaksatuan gagasan.
1. Apakah kalimat pokok selalu di bagian awal?
Kaimat pokok tidak selalu di awal paragraf. Pada contoh berikut ini kalimat pokok itu terletak di akhir paragraf, yaitu kalimat (5).
Selama ini banyak orang tua yang mengeluh karena tidak dapat memahami pelajaran matematika yang diajarkan kepada anaknya. (2) Mereka tidak dapat membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah. (3) Par guru lulusan tahiun yang telah lama silam pun tidak sedikit yang kebingungan. (4) Buku paket dibeberapa temapt ternyata belum sampai. (5) Tampaknya pemberian pelajaran matematika dengan cara baru ini memang belum siap.
I.8. Pronomina Persona
Pronomina, yang disebut juga kata ganti, sebenarnya tidak mengganti, tetapi mengacu ke maujud tertentu yang terdapat dalam peristiwa pertuturan. Pengacuan itu dapat bersifat di luar bahasa ataupun di dalam bahasa. Pronomina dapat dibagi atas pronomina persona (antara lain saya, kamu, dan mereka), pronomina penunjuk (antara lain, ini, itu, sana, sini), dan pronomina penanya (antara lain apa, siapa, dan mengapa). Yang dibicarakan berikut ini hanyalah pronomina persona. Dalam peristia pertuturan, pesan diungkapkan oleh pembicara atau penulis (selanjutnya akan disebut pembicara) kepada kawan bicara atau pembaca (selanjutnya disebut kawan bicara). Pembicara adalah persona pertama sedangkan persona kedua yang terlibat dalam peristiwa pertuturan. Yang tidak terlibat dalam pertuturan adalah persona ketiga. Perhatikanlah percakapan berikut yang memperlihatkan pemakaian beberapa pronomina. Amir dan Bonar bertemu dengan Candra. (1) Candra : Hendak kemana kalian? (2) Bonar : Kami akan k e rumah Dina. Engkau mau ikut? (3) Candra : Dina ? Siapa dia? (4) Bonar : Dia kawan lamaku. Kami dulu sekampung. (5) Amir :(Berbisik kepada Candra). Kamu tahu? Kita akan diajak merayakan pertemuan mereka kembali. (6) Candra : O, ya? Kalau begitu, aku mau. Tetapi, Bonar, apakah kami tidak menggangu acara kalian? (7) Bonar : Ah, tidak. Kita nanti hanya makan angin saja, kok. (8) Amir : Jangan kaugoda, Candra. Lihat, kata-katamu membuat merah mukanya. Pronomina aku, -ku, ku-, dan saya mengacu ke persona pertama yang tunggal. Bentuk aku, -ku, dan ku- digunakan jika pembicara akrab dengan kawan bicaranya seperti pada ilustrasi di atas. Bentuk itu juga dipakai oleh orang yangsedang berdoa atau berbicara dalam batin. Dalam situasi resmi digunakan kata saya. Pronomina kami mengacu ke persona pertama yang jamak. Para peserta upacara yang mengucapkan ikrar kesetuaan, misalnya, menggunakan kata kami yang mengacu ke diri mereka. Pronomina itu juga dapat mengacu ke persona pertama dan persona ketiga sekaligus. Persona ketiga mungkin hadir pada peristiwa pertuturan itu (seperti pada cakapan (2) dan (6), mungkin pula tidak hadir (seperti pada cakapan (4)). Karena tidak melibatkan persona kedua, pronomina kami ibersifat eksklusif. Pronomina kita kita mengacu ke persona pertama dan kedua sekaligus. Karena itu, acuannya jamak. Persona ketiga dapat pula dilibatkan dalam acuan itu seperti contoh pada cakapan (7) yangselain mengacu ke Bonar dan Candara, juga mengacu ke Amir dan Dina. Karena melibatkan persona kedua, pronomina itu bersifat inklusif. Pronomina kamu, -mu, engkau, kau- mengacu ke persona kedua. Bentuk itu dipakai jika tidak ada hambatan psikologis pada pembicara; misalnya, jika pembicara akrab dengan kawan bicara atau jika status sosial pembicara lebih tinggi dari pada status kawan bicara. Beberapa contoh pemakaiannta terlihat pada contoh percakapan di atas
II. Pengertian Paragraf / Alinea dan Bagian dari Paragraf - Bahasa Indonesia

Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
Syarat sebuah paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
- Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.
Setiap bacaan yang kita baca, baik itu artikel, novel, karya ilmiah, atau yang lainnya pasti terdiri dari paragraf-paragraf yang saling melengkapi. Dalam setiap paragraf pasti terdapat gagasan utama. Nah di dalam bahasa Indonesia, gagasan utama –dalam hal ini kalimat utama- setiap paragraf dapat berada di awal atau di akhir paragraf. Kalimat utama yang berada di awal paragraf disebut paragraf deduktif (berpola umum-khusus), sedangkan kalimat utama yang berada di akhir paragraf disebut paragraf induktif (berpola khusus-umum).
Pengetahuan tentang paragraf deduktif dan induktif sangat bermanfaat bagi kita, khususnya dalam menemukan gagasan utama paragraph yang kita baca. Jika kita tidak dapat menemukan gagasan utama dari sebuah paragraf yang kita baca, maka kita tidak dapat menyimpulkan isi bacaan yang kita baca. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh paragraf singkat di bawah.
Paragraf 1 (paragraf deduktif).
Isle Royale, pulau terbesar di Danau Superior, Amerika Serikat, merupakan rumah bagi sejumlah binatang yang secara alamiah bermusuhan. Rusa besar yang gemar makan tumbuh-tumbuhan dan serigala yang gemar memangsa rusa besar sudah hidup berdampingaan di situ selama lebih dari 50 tahun.
(kompas, 21 Februari 2010)

Apabila dijabarkan, paragraf diatas akan tampak sebagai berikut.
Kalimat utama : Isle Royale, pulau terbesar di Danau Superior, Amerika Serikat, merupakan rumah bagi sejumlah binatang yang secara alamiah bermusuhan
Kalimat penjelas : Rusa besar yang gemar makan tumbuh-tumbuhan dan serigala yang gemar memangsa rusa besar sudah hidup berdampingaan di situ selama lebih dari 50 tahun.
Paragraf 2 (paragraf induktif)
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi melalui televisi, waktu anak-anak membaca buku sangat berkurang. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa televisi menyala rata-rata selama tujuh seperempat jam setiap hari. Padahal seorang dokter spesialis anak dan pakar peneliti dalam bidang perkembangan anak dari Universitas Harvard, dr. Berry Brazelton, mengemukakan baahwa satu jam merupakan batas menonnton maksimal bagi anak-anak usia lima sampai enam tahun. Lebih dari satu jam, tayangan-tayangan televisi menjadi semacam racun yang mereduksi kemampuan daya nalar dan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah. Oleh karena itu, hal yang sangat diperlukan dalam membaca buku, selain ketersediaan buku, ialah waktu.
Apabila dijabarkan, paragraf diatas akan tampak sebagai berikut.
Kalimat penjelas 1 : Dengan berkembangnya teknologi komunikasi
melalui televisi, waktu anak-anak membaca buku sangat berkurang.
Kalimat penjelas 2 : Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
televisi menyala rata-rata selama tujuh seperempat
jam setiap hari.
Kalimat penjelas 3 :Padahal seorang dokter spesialis anak dan pakar peneliti dalam bidang perkembangan anak dari Universitas Harvard, dr. Berry Brazelton,mengemukakan baahwa satu jam merupakan batas menonton maksimal bagi anak-anak usia lima sampai enam tahun.

Kalimat penjelas 4 : Lebih dari satu jam, tayangan-tayangan televisi menjadi semacam racun yang mereduksi kemampuan daya nalar dan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah.
Kalimat utama :Oleh karena itu, hal yang sangat diperlukan dalam membaca buku, selain ketersediaan buku, ialah waktu.


Untuk memudahkan dan memahami perbedaan paragraf induktif dan deduktif, perhatikan tabel dibawah ini!
Aspek yang Dibandingkan Paragraf Induktif Paragraf Deduktif
Letak kalimat utama Di akhir paragraf Di awal paragraf
Alur berpikir Diawali dari contoh, kasus, ilustrasi, dan uraian-uraian khusus, diakhiri dengan kesimpulan atau pernyataan umum. Diawali dengan kesimpulan atau pernyataan umum, selanjutnya dihadirkan contoh , kasus, ilustrasi, dan uraian khusus yang yang mendukung simpulan atau pernyataan umum.
Cara pengembangan kalimat Jika paragraf terdiri dari lima kalimat, kalimat1-4 secara bersama-sama mendukung simpulan yang dirumuskan dalam kalimat kelima. Jika paragraf terdiri dari lia kalimat, isi kalimat pertama harus dijabarkan atau diuraikan lebih lanjut dalam kalimatkedua sampai kelima.
Caramemahami isi Melalui membaca cepat, pembaca akan dapat ”merasakan” bahwa kalimat-kalimat yang dihadirkan untuk mendukung kalimat utama yang diletakan di akhir paragraf. Melalui membaca cepat, pembaca akan segera menemukan bahwa kalimat yang diletakkan di awal paragraf,isinya dijabarkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar