Powered By Blogger

Sabtu, 19 November 2011

Etika Bisnis Islam Macam – Macam Etika Barat dan Pengaruhnya Terhadap Islam

Etika Bisnis Islam Macam – Macam Etika Barat dan Pengaruhnya Terhadap Islam Disusun oleh : Kelompok 1 Devita Patriawati 108084000013 Sendy Firmansyah 108084000021 Fahri Nopiyansyah 108084000044 Dosen : Bapak Yogi Citra Pratama SE, Msi. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (6 Pembangunan) Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Macam – macam Etika Barat dan Pengaruhnya Terhadap Islam 1. Pendahuluan Di zaman klasik bahkan juga di era modern, masalah etika bisnis dalam dunia ekonomi tidak begitu mendapat tempat. Maka tidak aneh bila masih banyak ekonom kontemporer yang menggemakan cara pandang Ekonomi Klasik Adam Smith. Mereka berkeyakinan bahwa sebuah bisnis tidak mempunyai tanggung jawab sosial dan bisnis terlepas dari “etika”. Dalam ungkapan Theodore Levitt, tanggung jawab perusahaan hanyalah mencari keuntungan ekonomis belaka. Di Indonesia Paham klasik tersebut sempat berkembang secara subur di Indonesia, sehingga mengakibatkan terpuruknya ekonomi Indonesia ke dalam jurang kehancuran. Kolusi, korupsi, monopoli, penipuan, penimbunan barang, pengrusakan lingkungan, penindasan tenaga kerja, perampokan bank oleh para konglomerat, adalah persoalan-persoalan yang begitu telanjang didepan mata kita baik yang terlihat dalam media massa maupun media elektronik. Di Indonesia, pengabaian etika bisnis sudah banyak terjadi khususunya oleh para konglomerat. Para pengusaha dan ekonom yang kental kapitalisnya, mempertanyakan apakah tepat mempersoalkan etika dalam wacana ilmu ekonomi?. Munculnya penolakan terhadap etika bisnis, dilatari oleh sebuah paradigma klasik, bahwa ilmu ekonomi harus bebas nilai (value free). Memasukkan gatra nilai etis sosial dalam diskursus ilmu ekonomi, menurut kalangan ekonom seperti di atas, akan mengakibatkan ilmu ekonomi menjadi tidak ilmiah, karena hal ini mengganggu obyektivitasnya. Mereka masih bersikukuh memegang jargon “mitos bisnis a moral” Di sisi lain, etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis. Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka, adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. 2. Pengertian Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “ethos” yang artinya kebiasaan atau karakter. Kata Bisnis dalam Bahasa Indonesia diserap dari kata “Business” dari Bahasa Inggris yang arrtinya yaitu kesibukan sehingga Bisnis adalah kesibukan yang berorientasi pada profit/ keuntungan..Etika Bisnis adalah Tata nilai yang dipegang dan dijadikan pijakan oleh setiap pelaku bisnis dalam mengelola perusahaan. Menurut Erdina Masdina etika bisnis merupakan suatu bagian subyektif yang harus dimiliki seorang pelaku bisnis. Etika bisnis meski tidak tertuang dalam suatu kodifikasi etika yang disepakati oleh kalangan bisnis secara bersama-sama bisa mengendalikan kecendrungan manusia untuk menguasai orang lain. Dengan demikian etika berfungsi bukan hanya ketika manusia berhadapan dengan tuhan, tetapi etika menjadi faktor penentu bagi terciptanya suatu kondisi suatu bisnis yang harmonis. Hal itu sama juga dengan fungsi etika ketika diterapkan dalam kehidupan sosial. Menurut Emile Durkheim seorang sosiolog dari Prancis memberikan penilaian akan pentingnya moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun pada dasarnya etika merupakan satu konsep yang tidak memiliki sanksi hukum formal, namun keberadaannya merupakan salah satu hal yang sangat penting. Karena bagaimanapun etika merupakan salah satu bentuk kontrol prilaku manusia dalam menjalani kehidupannya. Sebagai makhluk sosial manusia jelas membutuhkan konsep etika dalam menjalani interaksi dengan manusia lain. Semakin beretika seseorang maka ia akan mulia dimata orang lain dan akan mendapat penghargaan sebagai orang baik. Seperti yang termaktub di Al-Quran Surat At-Tiin ayat 4-5. Dalam hal ini Dunia Barat sangat menghargai dan mempunyai perhatian besar terhadap konsep etik dalam sebuah entitas bisnis. Dan hal itulah yang saat ini menjadi perhatian sekaligus menjadi budaya bisnis yang sedang digalakkan dan diterapkan di Dunia Bisnis Barat. 3. Pengelompokkan Etika Bisnis Etika Bisnis dikelompokkan menjadi 4,yaitu: 1.) Filsafat Barat 2.) Yudea/ Kristen 3.) Oriental ( Agama/ Filsafat Timur ) 4.) Islam 1) Filsafat Barat Filsafat barat sumber utamanya berasal dari etika yunani klasik yang secara umum dalam penerapannya diklasifikasikan menurut : Egoisme, Utilitarianisme, Kantian, dan Humanisme Sekuler. a. Egoisme Egoisme ditujukan untuk memudahkan klasifikasi dan mengingat Hedonisme yang merupakan manifestasi egoisme berasal dari pemikiran filsafat barat, walaupun pengikutnya bisa dari seluruh dunia. Aliran ini paling banyak pengikutnya didunia bisnis walaupun pelaksanaannya tidak mengemukakan secara formal. Intinya adalah mementingkan diri sendiri. Pengikut aliran egois pada umumnya mempertimbangkan tingkah lakunya menurut keuntungan diri sendiri. Analisis untung rugi yang dilakukannya bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif mana yang paling menguntungkan dirinya. Keuntungan dan manfaat bagi oranglain bukan urusannya. Disini dapat berkembang sikap menghalalkan segala cara termasuk upaya mempertahankan kekuasaan/harta ala Machiavelli. b. Utilitarianisme Merupakan Falsafah yang sangat penting sejak abad 19 dimana pencetus utamanya adalah John Stuart Mill. Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dikatakan benar secara moral apabila dapat menghasilkan sebanyak-banyaknya barang untuk memberikan manfaat kepada banyak orang. Kapitalisme sedikit banyak merupakan penerapan utilitarianisme. Pandangan Adam Smith menyatakan bahwa perilaku memikirkan kepentingan sendiri (egoisme) menyebabkan produsen mengalokasikan sumber daya yang terbatas sedemikian rupa sehingga menghasilkan barang yang bermanfaat yang dapat memberikan manfaat material untuk banyak orang. c. Kantian Sistem etika dari Immanuel Kant didasarkan pada konsep ‘tugas’. Semua orang memiliki tugas untuk mematuhi hukum moral yang ditetapkan yang dianggap benar secara umum dalam praktek yang ada. Perilaku yang etis ialah apabila sesuai dengan yang diterima secara umum. Dasarnya: 1.) Seseorang tidak boleh melakukan sesuatu kecuali dia bersedia melakukan tindakan tersebut. 2.) Setiap orang dituntut untuk memperlakukan orang lain sebagai tujuan (end) tidak boleh sebagai alat (means). 3.) Seseorang harus bertindak sebagai seseorang yang membuat peraturan dan yang harus mematuhi peraturan tsb. Dengan demikian tindakan seseorang harus konsisten dengan keinginan bagaimana oranglain harus bertindak. (Frascona,1988) d. Humanisme Sekuler Perilaku etis harus ditentukan oleh pemikiran yang kritis dan tujuannya mengembangkan individu-individu yang otonom dan bertangggung jawab yang mampu menentukan pilihannya sendiri dalam kehidupan, didaasarkan pada pemahaman prilaku manusia. Yang penting bagi seorang humanis sekuler adalah kebahagiaan manusia disini dan sekarang. Menurut aliran ini tuntutan moral tidak perlu berasal dari agama. Hal-hal diatas dikutip dari “a secular humanist declaration”. Didalam praktek bisnis banyak yang secara sadar maupun tidak mempraktekan falsafah ini, yaitu apabila dianggap benar walaupun bertentangan dengan agama,tetap mereka jalankan sepanjang untuk kebahagian ‘didunia’ saja. 2) Yahudi- Kristen Standar etika bisnis yang dilakukan berdasarkan agama Yahudi-Kristen sumber utamanya adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Etika Yahudi-Kristen pada umumnya dianggap sebagai dasar dari standar etika barat. Tujuan utamanya adalah ‘cinta’, cinta kepada Tuhan dan cinta kepada ‘tetangga’ ( Leslie.W.Rue& Lloyd L.Byar, 1986). Yang dikaitkan Yahudi dengan kristen ke dalam satu aliran adalah “10 perintah Allah” (The Ten Commandement). a. Kristen Apabila dicermati tradisi Kristiani tidak menghargai orang-orang yang bergerak dibidang usaha ekonomis (A.A.Islah, 1997). Injil tidak memuat sebuah ajaran moral spesifikasi kristiani. Dalam bidang bisnis pun tidak ada sebuah etika khusus injil (Frans Magnis Suseno,1994). Pemikiran yang menyangkut masalah ekonomi didunia Nasrani Barat baru mulai mulai berkembang pada abad ke-12 yang secara falsafah didasarkan pada falsafah Yunani (Ariestoteles) yang terlebih dahulu dikembangkan melalui Arab. Yang berjasa dalam pengembangan falsafah ini adalah Albertus Magnus (1193-1280) dan muridnya Thomas Aquinas (1225-1274). Konsep ekonomi dan etika bisnis yang dikembangkan mencakup hal-hal berikut ini: Riba, Harga yang adil, dan Hak Milik (A.A.Islah,1997) 1.) Protestan Hal yang paling monumental dari aliran ini adalah yang menurut Weber diberi nama “etika protestan” yaitu ajaran Martin Luther (1483-1546) yang menyatakan bahwa menurut ajaran kristen bekerja harus diangap sebagai panggilan/ beruf (hal ini sebetulnya sejalan dengan konsep Islam bahwa bekerja adalah ibadah), karena setiap orang memiliki jenis pekerjaan tertentu yang diberikan oleh Tuhan maka setiap manusia harus membayar kembali cinta kasih Tuhan tsb dengan mengekspresikan cinta kasih kepada sesama umat manusia melalui kerja keras. Etika protestan inilah yang selanjutnya disebut sebagai motivasi penggerak keberhasilan Barat dengan Kapitalismenya, yang sebenarnya merupakan pengembangan dari materialisme. 2.) Katolik Agama Katolik dibawah pimpinan Paus yang masih merupakan bagian dari Judea-Kristen dalam hal ekonomi dan etika bisnis memberikan kontribusi besar dalam hal konsep “charity” yaitu menyantuni anggota masyarakat yang kurang beruntung (miskin, tua renta,tuna sosial,dsb). Gerakan ini sejalan dengan apa yang dicita-citakan sistem sosialisme. Ajaran sosial gereja menantang orang katolik dalam dunia bisnis untuk memperhatikan kesejahteraan umum, solidaritas,prinsip subsidiaritas dan terlebih lagi keprihatinan terhadap kaum miskin. ( Farans M. Suseno, 1994) Prinsip hemat (thrifty) menurut etika Protestan yang berpadu dengan upaya menyantuni masyarakat yang kurang beruntung menghasilkan perintisan suatu gerakan kredit yang sudah mendunia yaitu Credit Union (saat ini sudah diikuti oleh orang-orang dari berbagai aliran) dalam operasinya masih menggunakan konsep bunga walaupun “usury”/ riba pada dasarnya juga dilarang. b. Yahudi Meskipun akarnya sama, Yahudi memiliki kekhasan yaitu lebih berkonsentrasi pada penguasaan pengelolaan uang masyarakat. Etika Yahudi mengajarkan dibolehkannya ( bahkan diharuskan ) adanya perbedaan pelayanan bisnis seorang Yahudi kepada sesama Yahudi dengan kepada orang luar (Gentiles). Kepada sesama Yahudi tidak boleh riba atau dengan bunga yang ringan tetapi terhadap pihak lain boleh menerapkan bunga yang tinggi. Khusus masyarakat Yahudi di negara Israel mereka mengembangkan gerakan komunal dengan menerapkan koperasi yang dipadu dengan tradisi Yahudi yang disebut Kibbutzim. Adapun bentuk koperasi yang lebih longgar disebut Moshav (seperti koperasi biasa). Prinsip diskriminasi perlakuan dalam etika bisnis juga diterapkan bahkan antar Kibbutzim. Eksklusifitas Kibbutz yang melatar belakangi etika prilaku yang di anut Yahudi termasuk dalam bisnis seperti pernyataan berikut ini: “ kekuatan dari Kibbutz terbatas pada hakekat sosial pokok yang mnegupayakan harmoni yang lengkap dari individu dan kelompok segenap ruang lingkup kehidupan untuk pengembangan maksimal individu dan pemantapan hubungan etis antar manusia.” ( Salah satu pernyataan prinsip Kibbutz). Atas dasar hal diatas bisnis dan ekonomi Israel ( Negara yang dibangun berdasarkan gerakan Yahudi ziionisme) sangat bersifat ethnocentric, etika bisnis sesama Yahudi ( bahkan sesama anggota Kibbutz) berbeda dalam beberapa hal dengan antara Yahudi dengan oranng yg bukan Yahudi. 3) Oriental ( Agama/ Filsafat Timur ) Aliran terdahulu dari aliran ini berkembang terutama di Asia yang pada abad 20 menunjukkan prestasi perkembangan ekonomi yang menakjubkan. Wilayah yang menerapkan etika bisnis oriental adalah : Cina, Jepang, Korea, dan Taiwan , serta wilayah pengaruh lainnya seperti Singapura. Agama/ filsafat yang menjadi sumber etika bisnis adalah: Konghucu, Budha, Zen-Budha, Shinto, dan Hindu. Beberapa hal yang khas dari konsep ekonomi dan etika bisnis menurut aliran ini secara umum adalah: a. Kegiatan ekonomi adalah realisasi prinsip cinta dan pembangunan, kebaikan hati, menuju pikiran universal, pendidikan dan pengembangan segala sesuatu sesuai dengan alam semesta yang hidup dan selalu produktif. b. Perusahaan bukan tempat untuk berebut uang serta keuntungan materi lainnya melainkan tempat suci untuk para manajer untuk mendidik dan membantu para pekerja dan untuk orang0orang yang mendidik dirinya sendiri (sejalan dengan “koperasi” sebagai lembaga pendidikan) (Hiroike, 1989) c. Teori ekonomi yang digali dari agama budha yaitu dharmata (allelonomy) yaitu logika relitas bukan otonomi seperti di Barat. Menurut allelonomy kebebasan individu yang menghasilkan kompetisi harus diimbangi dengan harmoni yang menghasilkan kerjasama.(Harno Naniwada,1989). d. “Ekonomi Budha” oleh EF.Schumacher mencakup dimasukkannya dimensi spiritual dalam kegiatan ekonomi seperti pelestarian alam. e. Moralitas Konghucu/ Konfusius pada perusahaan-perusahaan Jepang menekankan kebersamaan ( bukan individualisme, menekankan konsep keteraturan sosial dalam bentuk kerjasama mencapai tujuan bersama dan penerimaan hirarki dan perbedaan peran. Nilai-nilai harmoni dan kerjasama sangat ditekankan. Identitas sosial seseorang sangatlah diutamakan (Prasert Chittawatana-pong, 1999). Keberhasilan ekonomi wilayah oriental ini pada abad 20 sangat dipengaruhi oleh pemikiran SUN TZU dalam penerapan “Seni Perang” ( The Art of War) dalam bisnis khususnya dalam menghadapi Barat. 4) Islam Risalah Islam diturunkan ke dunia melalui Rasul Muhammad SAW yang sebelum menjadi rasul memiliki profesi sebagai pedagang/ busineesman.Tuntunan Islam dalam perekonomian dan Etika Bisnis disebut Ekonomi Syariah yaitu ekonomi dan akhlak berekonomi yang didasarkan pada syariat Islam.Dalam Islam kita menemukan bahwa etika atau akhlak tidaklah berdasarkan pragmatisme tetapi berdasarkan idealisme universalisme, cinta dan affection. (Abu Sulaiman,1994) Peradaban Islam mengalami kejayaan sampai akhir abad ke-16 telah melahirkan pemikir konsep ekonomi Islam yang sangat menonjol yaitu IBNU TAIMIAH (1263-1328) yang mencakup tuntunan tentang: harga yang adil, mekanisme pasar dan regulasi harga, hak milik, bunga bank, kerjasama ekonomi, peranan pemerintah, dan keuangan publik. Dengan lunturnya kekuasaan Islam yg mencapai kulminasi pada tahun 1924 (dijatuhkannya Sultan Hamid oleh Kemal Ataturk) maka terhambat oleh berkembangnya ekonomi Barat. Semenjak kebangkitan Islam, Dunia Barat dan yang lainnya mulai memperhatikan islam yang memiliki karakter khas seperti: Sikap tegas terhadap riba yang di aktualisasikan dalam pasar modal islam, bank syariah, takaful ,dsb. Serta sikap yang tegas tentang halal-haram seperti dalam makanan. Etika bisnis yang sudah lama berkembang dikalangan islam tradisional diIndonesia sejak Indonesia merdeka adalah yang ada dilingkungan pesantren seperti mandiri, sederhana, tolong menolong, dan ikhlas. 4. Pengaruh Etika Barat Terhadap Islam Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan hubungan sosial. Aktivitas bisnis merupakan bagian integral dari wacana ekonomi. Sistem ekonomi Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sedangkan sistem ekonomi lain, seperti kapitalisme dan sosialisme, cendrung mengabaikan etika sehingga aspek nilai tidak begitu tampak dalam bangunan kedua sistem ekonomi tersebut. Keringnya kedua sistem itu dari wacana moralitas, karena keduanya memang tidak berangkat dari etika, tetapi dari kepentingan (interest). Kapitalisme berangkat dari kepentingan individu sedangkan sosialisme berangkat dari kepentingan kolektif. Namun, kini mulai muncul era baru etika bisnis di pusat-pusat kapitalisme. Suatu perkembangan baru yang menggembirakan. Al-Qur’an sangat banyak mendorong manusia untuk melakukan bisnis. (Qs. 62:10,). Al-Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan bebas dari kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi transaksi kredit (QS. 2: 282). 5. Perbedaan Etika Barat dan Islam Kesimpulan Sebagai penganut Islam yang menceburkan diri dalam bidang profesional atau bekerja dalam lapangan sekalipun, jangan lah kita melupakan nilai vertikal yang menjadi sumber motivasi primer yaitu wahyu dan ketuhanan. Inilah nilai yang membedakan generasi rabbani yang progressif dengan generasi yang sekular progressif. Islam tidak mengenepikan elemen hadhariyy (pembangunan) serta progressif (berpenghasilan) dalam tindakan. Tetapi Islam mengikat golongan ilmuan dengan nilai kekuatanNya hanya kerana kedangkalan akal dan pemikiran kita yang terbatas. Intinya, kita sebagai mahluk yang paling sempurna harus menjaga nilai etika dalam segala hubungan agar mencapai keharmonisan dalam bersosialis. Daftar Pustaka • Dr.Ir. H. Riyadi slamet bisri, Etika Bisnis Global : Jurnal, 2008. • Bashah Narudin, Teori Perbandingan Etika Barat dan Islam : Universiti Malaya, 2006. • Wordpress.com/Konsepetikadalampandanganislam. (posted : Pasca sarjana UIN 07) • Tata, Ahmad. Macam – macam Etika 2 : Blogspot.com , 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar